Blogger news

Selamat Datang Pencinta Fisika di Seluruh Indonesia.Bagi anda yang sangat ingin tahu tentang manfaat ilmu fisika dalam kehidupan nyata, silakan anda membaca artikel artikel yang tersedia. Fisika bukanlah rumus belaka. Fisika bukan sekumpulan kertas penuh angka yang berserakan tanpa makna. Fisika bukan setumpuk kosa kata membingungkan tanpa realita. Fisika tidak menjadikan keras hati, atau menjadikan kaku kepribadian. Fisika juga bukan ratapan penyesalan ataupun visualisasi kemuraman.Fisika itu ilmu yang memberikan pencerahan, cahaya terang yang menyapu dengan lembut kegelapan, yang menjadikan manusia mengenal dunianya. Fisika membuat manusia memanusiakan manusia, dan menjadikan peduli terhadap lingkungannya. Fisika penuh impian dan keceriaan.mari kita pelajari fisika secara realita.blog ini masih dalam tahap pengembangan,saran dan kritik sangat dianjurkan. terima kasih.

SAINS, PENGETAHUAN, DAN TASAWUF PENGETAHUAN TASAWUF BAGI SELURUH UMAT MANUSIA

Sabtu, 30 Mei 2009 ·


Naskah asli: Henry Bayman
http://home.att.net/~nungan/sufism/
Diterjemahkan: R. Sunarman.

ALLAH DAN FISIKA MODERN

Pada abad ke-19, fisika ditandai dengan pandangan materialistik dan
deterministik. Hukum besi dijalankan secara buta tanpa mempedulikan
keberadaan manusia. Pabrik-pabrik dalam Revolusi Industri merupakan
suatu prototype yang dijadikan dasar paradigma ilmiah. Tiada tempat
bagi Allah, kasih sayang, atau jiwa manusia.

Kini, pada akhir abad ke-20, para ilmuwan lebih terbuka terhadap
konsep Allah. Cullen Murphy dalam "The Atlantic Monthly" menulis
"Mereka yang bekerja dalam sains keras, khususnya fisika, adalah orang
yang paling terbuka dalam berbicara secara serius mengenai keberadaan
Allah. Dengan tiap perkembangan pemahaman kita mengenai bagaimana alam
semesta diciptakan, dalam tiap langkah maju dalam pemahaman kita
mengenai dunia sub-atom dikendalikan, kita hanya makin memperdalam
misteri keberadaan-Nya, bahkan sebagai arsitek dari realita fisika
yang mengagumkan."

Dalam bukunya Physics and Beyond (1971), ahli fisika kuantum Werner
Heisenberg menceritakan bagaimana ia dan Niels Bohr (salah satu
pendiri "Copenhagen School" yang menginterpretasikan mekanika kuantum)
bersetuju bahwa tiada sesuatu pun dalam fisika kuantum yang
menjelaskan kehidupan dan kesadaran. Pandangan ini diikuti juga oleh
para ahli fisika ternama seperti Erwin Schrödinger. Baru-baru ini,
ahli matematika dan filosof David Chalmers telah berkesimpulan bahwa
"kesadaran merupakan fenomena nonfisik dari dunia", atas dasar bahwa
"struktur fisik dunia (distribusi partikel-partikel, medan-medan, dan
gaya-gaya dalam ruang-waktu) secara logis konsisten dengan ketiadaan
kesadaran, maka keberadaan kesadaran merupakan fakta yang lebih lanjut
mengenai dunia." Penulis buku The Conscious Mind (1996), Chalmers,
dikenal dengan apa yang disebutnya sebagai "hard problem" dari
kesadaran: mengapa kesadaran muncul dari suatu proses fisik.

Kenyataannya, kesadaran memang muncul ketika kita memperhatikan
penjelas fundamental dari realita dalam fisika kuantum, vektor status
atau fungsi gelombang, namun di sini bukan tempat yang tepat untuk
membicarakan hal ini. Cukuplah dikatakan bahwa vektor status
menjelaskan peluang bentuk-bentuk yang di dalamnya sesuatu system
fisik harus ditemukan. Ini melibatkan sejumlah peluang-peluang, hingga
peluang-peluang itu runtuh satu persatu dan hanya meninggalkan satu
peluang saja.

Apa yang menyebabkan reduksi fungsi gelombang ini: keruntuhan vektor
status? Secara singkat, dari literatur yang mutakhir, aku menemukan
jawaban berikut. Di samping kesadaran, reduksi vektor status dikaitkan
dengan: 1) gaya tarik bumi, 2) panas, 3) ucapan manusia, 4)
simbol-simbol, 5) lingkungan (yang barangkali all-inclusive). Tentu
saja masih banyak yang terlewatkan olehku.

Menurut pendapatku, hal ini menunjukkan bahwa adanya keragaman dalam
bidang itu. Jika sesuatu menyebabkan vektor status reduksi R, ia
bagaimana pun mempunyai status yang berprioritas lebih tinggi dari
pada sesuatu yang direduksi. Namun dalam alam fisik, kita tidak
mempunyai dasar untuk menganggap bahwa sesuatu benda atau proses fisik
berprioritas lebih tinggi dari yang lain. Lebih spesifik, apakah tidak
semua yang tersangka menyebabkan 1-5 dari mereka sendiri menyebabkan
kebutuhan akan R? Mungkinkah ada yang lain? Dapatkah salah satu dari
penyebab ini mereduksi vektor status juga? Dapatkah pisau memotong
dirinya sendiri? Bagaimana sesuatu yang membutuhkan R dapat memberi
yang lain sesuatu yang ia sendiri memerlukannya? Ternyata ini tak lain
dari praduga metafisik yang ada sejak kita menolak hipotesis Allah,
bahwa dunia dapat menarik dirinya sendiri dari tiada ke ada. Aku
mungkin akan mempercayainya jika sebuah batu dapat menggantung di
udara atas upayanya sendiri.

Apa yang menyebabkan keruntuhan vektor status? Anggaplah ia muncul
dari hasil pengukuran suatu alat ukur; sistem aslinya kemudian menjadi
bagian dari sistem yang lebih besar, tersusun oleh dirinya sendiri dan
alat ukur yang dipakai, maka kita memerlukan alat ukur yang kedua
untuk mengukur sistem yang baru; begitu seterusnya. Masalah pengukuran
dalam mekanika kuantum mendatangkan sesuatu yang disebut "bencana
regresi tak terhingga von Neumann" dan, seperti yang dikatakan ahli
fisika Eugene P. Wigner, pada akhirnya tak dapat dipecahkan tanpa
mengacu kepada kesadaran.

Kini kesadaran bukan hanya merupakan deskripsi atau interpretasi yang
ada tentang mekanika kuantum, tetapi juga sesuatu yang sahih;
interpretasi yang lain mengabaikan keberadaan kesadaran. Dari gambaran
tersebut, menggunakan "pisau Occam" untuk melenyapkan kesadaran,
pengalaman paling fundamental kita sebagai manusia, adalah
mengamputasi realita dan kemudian menyebut hasil reduksi "komplit."
Selain itu, banyak yang telah dilakukan akhir-akhir ini berbagai aspek
misterius dari kesadaran dan fisika kuantum oleh orang-orang tak
bertanggungjawab.

Namun masih ada satu aspek yang sangat penting. Disebut oleh ahli
fisika Paul C.W. Davies dalam The Ghost in the Atom (1991), "Wigner
enigma" memaksakan pilihan antara Allah dan solipsisme [teori bahwa
hanya diri sendirilah yang dapat dianalisa dan diketahui. Pen]. Jika,
seperti sains, kita mendakwa bahwa suatu realita external ada secara
independen dari manusia, kita tidak punya pilihan selain menerima
bahwa ia ada dalam kesadaran universal Allah. Seperti dikatakan
seorang filosof ternama, suara pohon yang roboh di hutan tanpa manusia
dapat didengar oleh Allah.

Alternatif lainnya hanyalah menerima bahwa reduksi fungsi gelombang
ini timbul akibat kesadaran ilmuwan yang melakukan pengukuran,
kesadarannya itu menghasilkan realita. (Einstein didakwa telah
mengatakan itu menurut interpretasi Copenhagen, seekor tikus dapat
meruntuhkan fungsi gelombang alam semesta.) Namun dalam ini, realita
menjadi subyektif sepenuhnya. Bagaimana dengan semua realita lain yang
tidak diukur para ilmuwan, tetapi ada? Satu-satunya cara untuk
mempertahankan realita dunia external yang independen dan obyektif
adalah menerima bahwa vektor status mengambil nilai tertentu dalam
kesadaran Allah. Dengan demikian, satu-satunya alternatif yang sehat
untuk secara ilmiah mendudukkan solipsisme adalah menerima keberadaan
of Allah.

Artikel Yang Berkaitan



0 comments:

Posting Komentar

obrolan

Blog Tutorial

Pengikut

PageRank